Tuesday, December 27, 2016

Menikah Itu Ibadah, Halal Itu Indah

"Begitu unik cara-Nya untuk mempertemukan dan betapa mudah cara-Nya untuk mempersatukan, jangan kau tanya bagaimana karena cara-Nya tidak akan sampai di logika"
-Dila

(mitsaqan ghaliza)

Kami menikah dengan step (dalam Islam) :
1. Ta'aruf (pengenalan)
2. Khitbah (lamaran)
3. Akad

Ta'aruf, bukan pacaran
Mungkin kata itu masih asing didengar oleh sebagian orang Indonesia. Apa sih ta'aruf itu? Let me tell you about this, dear shalihah. Eh tapi sebelumnya, ini definisi menurut saya dan suami ya ^^
Ta'aruf adalah sebuah proses pengenalan syar'i laki-laki kepada perempuan atau sebaliknya untuk mengetahui visi dan misi masing-masing dalam membangun rumah tangga, semata-mata untuk mencari ridha Allah. Cara mengenalnya dapat melalui mediator/perantara (teman, guru ngaji, keluarga) yang amanah, saling bertukaran biodata lewat mediator, atau yang ekstrimnya (hehe..) si laki-laki langsung datang ke rumah perempuan untuk berhadapan langsung dengan wali perempuan : ayah. Kalau lama proses ta'aruf hingga akad maximal 3-6 bulan. Lebih cepat, lebih baik untuk menghindari godaan syaithan yang istiqamah menggoda manusia.
Isi dari ta'aruf itu sendiri intinya untuk menggali informasi seputar si calon baik itu background keluarganya, aktivitas dia sehari-hari, atau mengkonfirmasi info yang pernah didapat dari perantara atau teman-temannya, dll. Harus memberikan informasi yang sejujurnya, jangan ada yang ditutup-tutupi. Saat ta'aruf juga boleh saling 'curi-curi pandang' untuk melihat suatu ketertarikan yang mendorong si laki-laki untuk menikahi si perempuan (nadzor). Lihatnya ga usah sampai melotot ya akhi, ukhti. Lihat secukupnya aja.


”Bila seseorang dari kalian meminang seorang wanita lalu ia mampu melihat dari si wanita apa yang mendorongnya untuk menikahinya, maka hendaklah ia melakukannya”
(HR Abu Dawud)

Oya catatan penting nih, perempuan wajib menutup aurat ya ---> ingat, yang termasuk aurat wanita adalah seluruh badan kecuali wajah & telapak tangan, jadi, pakai kaos kaki dan mansetnya ya ukhti :)
Biarkan pertama kali si ikhwan itu menyukai agama & akhlakmu, bukan pada bentuk fisikmu.
Perbanyak shalat tahajud dan shalat istikharah agar Allah menetapkan pendamping yang terbaik untuk dunia dan akhiratmu. Enaknya dilakukan di 1/3 malam (kira-kira jam 03.00 - menjelang subuh).
Hasil shalat istikharah yang saya rasakan yaitu munculnya rasa "yakin" terhadapnya. Ga tau kapan dan darimana perasaan itu hadir dan seperti diri ini seolah membisikan 'aku mau memperjuangkannya' #eaaaaa.
Anehnya lagi selama proses ta'aruf hingga H-1 minggu menjelang akad, saya sama sekali nggak ingat rupa si mister. Pun itu karena menjelang akad saya masih lupa wajahnya, akhirnya dipaksakan untuk mengingat-ingat. Ada sih foto mister di facebook, tapi rasanya kok beda ya sama yang datang ke rumah.
Saya ambil hikmah : mungkin Allah sengaja tidak memberi ingatan kepada saya tentang gambaran dirinya agar ibadah saya tidak dihantui dengan rupa wajahnya :D (cerita jujur loh ini). Pun setelah nikah, ketika saya ceritakan hal ini ke suami, doi terkaget-kaget. Hehehe....
(mister)

Khitbah
Ketika sudah sama-sama OKE, maka lanjut ke proses peminangan (lamaran). Khitbah artinya peminangan yaitu seorang laki-laki meminang seorang perempuan, dan kalau seorang perempuan sudah dipinang oleh laki-laki lain, haram hukumnya saudara lelaki muslim lainnya meminang perempuan tersebut.
Tidak ada pacaran walaupun sudah resmi bertunangan! Ingat ya!

Akad
Jreeennggg.... kepastian ini yang sangat dinanti-nanti oleh kaum hawa. Betul kan? Ingat, ini hati, bukan jemuran yang bisa lama digantung :p
Rasa deg-deg-an itu mulai muncul ketika sudah mulai mencapai tahap pelafalan akad. Saya yang pada hari H ditempatkan terpisah dari meja akad (disuruh tunggu di ruang make-up), menanti dengan harap-harap cemas. Banyak pertanyaan yang hadir di benak saya , seperti :
1. Lancar ga ya akangnya ngucapin kalimat akad?
2. Akadnya udah belum sih? Kok ga kedengaran suaranya sampai sini? *ngedumel sama si sound system*
3. Duh nanti kalo disuruh datang ke meja akad harus gimana?
*sampai saat ini menulis blog ini, saya masih bisa merasakan gugupnya menanti saat akad, hehe...
(meminta izin menikah ke Papa)

  (suasana akad)
  
Alhamdulillah kata mereka yang menyaksikan, pelafalan akadnya berlangsung dengan lancar dan jelas :')
Tapi sesungguhnya hati ini masih ingin melihat secara langsung akadnya...

(keluar dari ruang make-up untuk disandingkan)

 (pembacaan hafalan ayat suci Al-Qur'an sebagai salah satu mahar)

(pegangan tangan untuk pertama kalinya, cieeeeee....)

 (penandatanganan berkas-berkas)


 (do'a)

Terimakasih kamu, terimakasih sudah menjadi jawaban atas doa-doaku; 
Seorang imam yang bisa membimbingku dalam urusan dunia serta akhirat, lelaki bertanggungjawab yang bisa menerimaku dengan sepenuh hati, juga seseorang yang aku harap bisa membuat hatiku tentram tanpa perlu melakukan apa-apa selain ada.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bagaimana dengan kondisi Papa sendiri?

I think this picture can describe his feeling :')

Papa yang sedari awal menginginkan seorang menantu yang sama-sama masih satu suku (Minang) untuk anak gadisnya ini, akhirnya luluh dengan mister yang berani datang langsung ke rumah. Dia berasal dari Sunda. Entah apa yang membuat hati kedua orang tua akhirnya mau menerima, padahal tanggal 10 Juli 2016 itu adalah waktu pertama kali kami (saya & orang tua) bertemu. Saya sudah takut saja jika akan ada penolakan di awal (respon negatif), tapi qadarallah Allah Yang Maha Membolak-balikan Hati hamba-hamba-Nya. Alhamdulillah prediksi saya salah :D

"Yaa muqallibal quluub tsabbit qalbii 'alaa diinika"
(Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan Hati teguhkanlah hatiku berada di atas agamamu)
"Yaa muqallibal quluub tsabbit qalbii 'alaa tha'athik"
 (Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan Hati teguhkanlah hatiku di atas ketaatan kepada-Mu)

Do'a di atas itu saya sering ulangi sembari membayangkan wajah kedua orang tua dengan maksud Allah berkenan menetapkan hati mama papa.

 (Gedung Perpustakaan Nasional RI)

".... and We created you in pairs" (Q.S. 78 : 8)

Entah kata siapa kalo jodoh itu ada kemiripan di wajahnya, seperti halnya ketika ada beberapa teman saya yang chat langsung ke saya karena melihat foto yang saya pajang di medsos (foto yang di atas). Mereka bilang kalo hidung dan senyumnya itu mirip. Kok bisa?
Yaaa mungkin "emang Allah udah tandain jodohnya dengan adanya kemiripan di pasangan" (just kidding).

(Surat An-Nisa : 1)

Terima kasih Allah, Engkau secara tidak langsung memberikan petunjuk-Mu di dalam surat An-Nisa : 1 yang kala itu hamba-Mu yang satu ini sedang membutuhkan ketetapan hati untuk menjawab kelanjutan ta'aruf, akankah disudahi atau dilanjutkan. Sungguh-sungguhlah bermunajat meminta petunjuk-Nya untuk sebuah keputusan penting di hidupmu. Foto di atas langsung saya capture di tanggal 27 Juli 2016 waktu menjelang subuh. Tepat sekali ketika ayat selanjutnya yang hendak akan saya tadaburi jatuh di surat An-Nisa : 1. Itu ayat yang pertama kali saya baca ketika membuka Al-Qur'an. Jawaban Allah bisa datang kapan saja dan dalam bentuk yang bermacam-macam.

"Allah sesuai dengan prasangka hamba-hamba-Nya"

Nah yang masih suka berburuk sangka ke Allah, coba deh mulai dari sekarang ubah cara pikirnya. Allah itu Maha Baik, bahkan terlaluuuuuu baik (>,<) . Kita nya aja yang suka berfikiran negatif ke Allah.


"Jadilah kamu sebaik-baiknya pasangan yang akan mendampinginya kelak karena perjalanan kita bukan hanya di bumi tapi akan terus berlanjut hingga bertemu dengan-Nya. Carilah ia yang siap dan mau menjadi partner dunia akhiratmu. Bersabarlah wahai hati, akan ada masanya kamu akan merayakan cinta yang telah diridhai-Nya"

-Dila


"Halal is a must. Not just about what we eat, but also what we wear and what we love"

Thursday, December 15, 2016

Tentang J.O.D.O.H

Banyak orang yang kebingungan karena belum juga menemukan jodohnya, padahal sudah sangat ingin menggenapi hidupnya. Dulu aku juga pernah mengalaminya, sepanjang proses menemukan kamu. Eh, maaf, kamu tidak suka kalau aku bilang aku menemukan kamu. Katamu, jodoh bukanlah barang hilang yang harus ditemukan. Jodoh itu dipertemukan, karena siapapun dia, sudah Tuhan tetapkan semenjak kita berada dalam kandungan ibu. Hanya masalah waktu saja, Tuhan mempertemukan kita dengan orang itu. Jadi sebenarnya, kita tidak menemukan. Kita dipertemukan. Ada skenario Tuhan yang mengatur semuanya. Dan semuanya akan terasa lebih mudah jika kita mengikuti alurnya. Jika tidak? Kita hanya sedang mempersulit diri sendiri.

Sebagian orang mencari pasangan yang tepat untuk menggenapi hidupnya. Memilah-milih apakah seseorang tepat atau tidak untuk menghabiskan sisa usia bersamanya, merasa bahwa dirinya punya sepenuhnya hak untuk menentukan siapa jodohnya. Lupa bahwa yang memutuskan tepat atau tidak tepat untuk perkara jodoh itu Tuhan yang Maha Tahu, bukan kita yang egois dan banyak maunya ini. Belum mengerti bahwa kita akan benar-benar tahu seseorang itu tepat atau tidak untuk kita, setelah kita hidup menggenap dengan orang itu. Bukan dengan menerka-nerka apakah orang itu tepat atau tidak. Jikapun setelah menggenap kita merasa kurang tepat, kita punya banyak cara untuk memperbaikinya, untuk menjadikan rumah tangga kita jadi lebih baik, untuk membuktikan bahwa kita dan pasangan kita memang pasangan yang tepat, dan karena itulah Tuhan mempertemukan dan menjodohkan sepasang manusia. Kita dan pasangan kita. 

Pada akhirnya, jodoh kita adalah orang yang sah menggenapi kita. Seberapa dekatpun kita dengan seseorang, seberapa dalam dan lamapun kita berhubungan dengan seseorang, orang itu belum tentu menjadi jodohnya kita. Orang tersebut akan benar-benar menjadi jodoh kita, kalau sudah disahkan oleh aturan, aturan agama dan negara. Bisa jadi orang yang baru kita kenal, bahkan seseorang yang belum pernah kita kenal sebelumnya-lah yang ternyata sudah Tuhan siapkan untuk dipertemukan dengan kita, untuk saling menggenapi. Entah melalui perantara apa ataupun siapa.

"Setelah semuanya sah, cinta akan langsung menjelma menjadi tanggungjawab, menjadi hak dan kewajiban dalam keseharian. Toh, ada sepasang manusia yang dijanjikan berjodoh bukan hanya di dunia, tapi sampai di syurga kelak; sepasang manusia yang saling mencintai karena-Nya. Dan aku berharap bisa termasuk ke dalamnya.”
 
dikutip dari buku Genap by Nazrul Anwar