Tuesday, May 17, 2016

Sepotong Episode : Have you ever .... ?

Jam 15.00 aku menunggu seorang teman di kantin pojok sebuah gedung. Namanya Nadia, tapi aku suka memanggilnya dengang nama Di, bukan Nad. Biar hemat kata. Dua menit kemudian, masuk pesan dari Nadia kalau ia kebingungan mencari tempat duduk yang sudah aku pesan. Aku melambaikan tangan ketika telah terlihat batang hidung sahabat kecilku ini. Tak banyak yang berubah semenjak ia pulang dari Turki.
"Assalamu'alaykum Ra. MasyaAllah makin cantik aja" sapanya kepadaku.
"Wa'alaykumsalam. Kamu juga ih Di. Kangeeennn...".
Kami memesan makanan sambil berbincang-bincang ria hingga aku melontarkan sebuah pertanyaan kepadanya. Entahlah aku sedang butuh seorang teman untuk berbagi akhir-akhir ini.
"Di. pernah merasakan getaran cinta walau belum pernah bertemu, bertatap muka, bahkan belum sampai mengobrol bersama? Terlihat mustahil nampaknya bagi mereka yang lebih menuruti nafsu sesaat".
"Darimana kamu tahu Ra?" tanyanya.
"Loohh kamu belum pernah ngalamin ya Di?" tanyaku penasaran.
"Hmmm rasanya belum. Kan aku percaya 'love at the first sight', jadi cinta pada pandangan pertama. Apalagi kalau di dekatnya, dunia terasa lebih indah. Coba ceritain lebih dalam maksud pertanyaan kamu.
"Jadi gini, aku lagi merasakan getaran cinta yang ke-3 tapi tidak tau sama siapa, mungkin sama orang di masa depan yang rupanya, sifatnya, akhlaknya, kebiasaannya, kesukaannya yang tidak aku ketahui sama sekali. Rasanya kok indah banget ya Di?".
"Laaahhh kamu sehat kan Ra? Mau aku panggilin dokter spesialis cinta?" tangan Nadia menempel di keningku, takut terjadi sesuatu dengan sahabatnya yang satu ini.
"Hahahaha mana ada dokter spesialis cinta. Ngawur...".
"Kamu itu yang ngawur, mana bisa suka bahkan cinta sama orang yang belum pernah sama sekali bertemu. Eehh tunggu, kamu bilang cinta ke-3, jadi cinta ke-1 dan 2 siapa?".
"Aku pertama kali merasakan cinta dengan orang tua aku. Untuk yang ini nggak usah aku jelasin ya. Lalu untuk kedua kalinya aku cinta kepada penciptaku yaitu Allah. Aku merasakannya ketika aku telah hijrah dari yang nggak mengerti agama Islam menjadi mengerti untuk apa aku hadir di dunia ini. Cinta ini berawal sejak kuliah semester 1 dimana aku rutinkan membaca ayat Al-Qur'an beserta artinya. Ternyata isinya ayat-ayat cinta Allah untuk para hamba-Nya. Nggak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata akan kasih sayang Allah untuk kita, Di. Indahnya akan terasa bagi yang mau mendekati-Nya. Daannn untuk cinta yang ke-3 ini, seperti rindu yang kerapkali hadir mengisi hari-hari. Rindu ingin segera berjumpa, mengenal, dan berbagi".
"Cieeee ternyata lagi kasmaran ya? Sama siapa?".
"Udah dibilangin aku nggak tau kasmaran sama siapa".
"Ra, kamu nggak tersiksa dengan cinta yang ke-3 itu? Kan rasa rindu itu menyakitkan bagi yang kasmaran, menurutku loh ya".
"Hmmm salah, Di. Rindu itu menyakitkan bagi yang tidak bisa mengolah rindu tersebut pada tempatnya. Misal, dari curhatan teman aku yang cerita ke aku tentang teman spesialnya alias pacarnya, ketika sehari atau dua hari nggak berjumpa atau saling sapa 'hi', rasanya ada yang kurang di hari itu, lalu terbitlah rindu. Jadilah pikiran kita terfokus ke si dia dan banyak melupakan Dia, ditambah lagi kerjaan jadi keteteran karena fokusnya sudah berubah. Lalu ketika si pacarnya move on ke perempuan lain, muncullah sakit hati yang lama terobatinya. Dunia serasa memusuhinya. Yaaahh begitulah yang bisa aku ambil kesimpulannya dari hasil menyaksikan langsung teman aku yang satu itu".
"Namanya juga orang pacaran Ra, wajarlah. Berarti emang ngggak cocok" katanya sambil meneguk sebuah jus alpukat.
"Lain halnya dengan rindu dan cinta yang berdebar-debar. Ketika energimu tersalurkan untuk kegiatan-kegiatan yang positif sambil memohon kepada-Nya untuk segera dipertemukan di waktu yang tepat. Rasa rindu itu akan berubah menjadi do'a yang rutin dilakukan di sepertiga malam, saat hujan turun, dan selepas shalat fardhu. Ada usaha yang kamu perjuangkan ketika suatu saat pertama kali hadir di hadapannya, kamu dalam keadaan yang sebaik-baiknya iman dan akhlak. Toh nggak ada jaminan kan orang yang pacaran itu akan berjodoh? Jadi ngapain membuang-buang waktu untuk sesuatu yang tidak pasti?".
"Iya betul Ra. Untung aku belum pernah merasakan pacaran yang seperti remaja-remaja lakukan zaman ini. Senang deh berteman sama kamu".
"Tau rasanya ketika kamu bisa menjaga kesucian cinta dan nikmatnya rindu untuk jodohmu seorang?" tanyaku.
"Nggak tau Ra. Kayak gimana rasanya ya? Aku belum kepikiran".
"Kata kakak aku yang sudah menikah, rasanya itu seperti merasakan nikmatnya meneguk air saat berbuka puasa. Yaahh seperti itulah gambaran untuk mereka yang bisa menjaga diri dari godaan hawa nafsu sesaat dan bersabar untuk menanti waktu berbuka yang pasti akan tiba. All paid off ketika tiba waktunya dia menjabat tangan kanan ayahmu kemudian mengucapkan ijab kabul. Percaya deh".
"So sweet banget sih pengandaiannya".
"Siapa dulu, kakakku..." kataku sambil membuka dompet untuk membayar makanan ringan dan minuman.
Setelah selesai mengisi perut, aku dan Nadia pergi mencari bis untuk pulang ke rumah. Kebetulan rumah kami hanya dipisahkan oleh 5 rumah,
10 menit kemudian, akhirnya bis yang dinanti-pun tiba.
"Padet banget di dalam bis. Alhamdulillah ya Di, kita dapat tempat duduk bersebelahan".
"Iya alhamdulillah. Kalau sudah menjelang sore seperti ini, bis penuh sesak dan padat. Untung kita pulang agak cepat".
Bis berhenti ketika lampu merah menyala dan terlihat ada timer di lampu lalu lintas yang menunjukkan detik ke-30.
"Ayooo..ayoooo.. cepat naik bu" kata seorang kenek bis kepada seorang ibu muda yang sedang hamil besar.
Terlihat sang ibu muda itu agak ngos-ngosan karena berkejaran dengan waktu. Alhamdulillah akhirnya 5 detik sebelum lampu hijau, ia sudah masuk ke dalam bis. Terlihat dengan sigap seorang pemuda memberikan tempat duduknya kepada ibu muda tersebut.
"Di, kamu bisa melihat sang jabang bayi dalam perut ibu muda itu ga?" tanyaku kepada Nadia yang fokus melihat jalanan di depan.
"Yaaa ga bisa lah Ra, kecuali kalau aku dikasih hasil USG-nya. Hehehe...".
"Tapi kenapa ya sang ibu mau aja berlelah-lelah untuk merawat si bayi dalam perutnya, seperti harus nurut kata dokter nggak boleh makan ini itu, rutin periksa kandungan? Kemana-mana si bayi ikut, kan berat tugasnya ibu".
"Kan karena si ibu cinta ke si bayi dan juga pasti mau bertemu dengan bayinya dalam keadaan sehat. Wajar kan Ra?" tanya Nadia heran.
"Nah itu Di yang aku maksud dengan hadirnya getar cinta dan rindu walau belum pernah bertemu, bertatap muka secara langsung, bahkan mengobrol berdua. Cinta dan rindu yang benar itu adalah hakitnya kamu memperjuangkan yang terbaik untuk yang sudah lama kamu nanti. Sekarang kamu faham kan apa yang aku rasa sekarang?".
"Lama-lama aku semakin faham apa yang kamu rasa".
"Semoga jodohku kelak juga melakukan hal yang sama seperti apa yang aku perjuangkan saat ini".


dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingat-Ku, serta mengikuti nafsunya dan itu adalah melewati batas” (QS. Al-Kahfi: 28).

Dan jiwa serta penyempurnaanya (ciptaannya), Maka allah mengilhamkan pada jiwa itu jalan kefasikan dan ketawaanya. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikannya. Dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya. (kaum) Tsamud telah mendustakan (rasulnya) karena mereka melampaui batas,’’ (QS. Asy-Syams: 7-11)

No comments:

Post a Comment