"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui" (QS Ar-Rum : 22).
Semua cerita bermulai saat aku masih duduk di bangku SMA kelas 2 semester 2 (bertepatan saat aku memulai hijrah juga untuk menutup aurat).
Bismillah...
Perkenalan dengan otousan dimulai ketika aku tertarik banget sama Jepang-jepangan. Saat di SMA, mulai dari kelas 1 sudah diminta untuk memilih ekstrakulikuler. Ada banyak pilihannya, tapi karena aku memang suka dengan bahasa, aku memilih ekskul Bahasa Jepang. Waktu yang diberikan sekolah untuk ekskul adalah 2 tahun dimana di tahun ke-3 dipakai untuk jadwal-jadwal tambahan sekolah untuk menopang latihan UN. Kalau bahasa tambahan yang ada di SMA 12 Jakarta yaitu bahasa Jerman dan Inggris.
Ga pusing tuh belajar 3 bahasa saat SMA? Inggris, Jepang, dan Jerman?
I said : "BIG NO. Es macht Spaß. Tanoshii dayo"
Awal mulanya terinspirasi dari Ir. Soekarno yang dapat menguasai 5 bahasa asing dimana saat berpidato, di tiap paragrafnya beliau menggunakan bahasa yang berbeda-beda tanpa teks (*.*)
Kelas bahasa Jepang dibuka setiap Sabtu pagi mulai dari jam 08.00-10.00 (berasa cuma sebentar).
Lalu dulu lagi booming-booming-nya aplikasi chatting Nimbuzz.
Let me tell you how I met otousan and still counting...
Di chatting nimbuzz, aku ikutan group chat yang isinya orang-orang yang sama-sama suka Jepang. Maksudnya mau sekalian aplikasiin ilmu ekskul jepang yang sudah didapat untuk dipakai sehari-hari. Jadilah bahasa mengobrolnya di group itu memakai bahasa Indonesia, Inggris, dan Jepang. Seru deh!
Lalu ada seorang teman dengan id (kalo ga salah) @louis_vico yang chat personal ke aku. Menanyakan "suka banget sama Jepang ya? Bisa bahasa Jepang juga?" and I said "BIG YES".
Dia bertanya kembali "mau dikenalin sama orang Jepang asli ga? Enak tuh ngobrol langsung" and I said "eerrrr,, oke".
Setelah itu, aku dikenalkan dengan orang Jepang, dipanggilnya otousan (bapak). Chatting dengan otousan aku lakukan di yahoo messanger. Selalu excited ketika melihat YM otousan menyala. Kalau tidak otusan yang menyapa duluan, pasti aku yang menyapanya duluan. Aku niatkan hanya untuk improvisasi bahasa Jepang yang sedang aku pelajari di sekolah. Ketika ada kosakata baru, yaa aku catat, dan kalau ada kalimat yang tidak aku mengerti artinya, aku tanyakan ke sensei (guru) saat ekskul. Jadilah ketika kelas ekskul telah selesai, aku murid terakhir yang keluar kelas karena mau konsul dengan sensei. Kegiatan chatting sama otousan ga hanya sekedar ngobrol aja, tetapi bertukaran foto. Otousan mengirimkan foto keluarganya. Waaaww semakin menyenangkan pelajaran bahasa jepang :D
Selanjutnya...
Otousan ingin mengirimkan sebuah surat, uang yen, dan banyak foto-foto keluarganya. Di suratnya tertulis uang yen untuk mengirimkan kembali surat balasan ke Jepang. Widiiiwww :O
Aku ceritakan ke orang tua tentang perkenalan aku dengan otousan. Tau apa reaksi mama papa?
"Itu ga bahaya kenalan sampai segitunya? Kan kita ga kenal sama otousan" kata mama.
Memang ada sedikit kekhawatiran seperti yang mama katakan, tapi itu cuma sedikiiitt, selebihnya berisi rasa nyaman dan percaya sama otousan.
Akhirnya dilanjutkan lagi pertemanan beda negara ini. Toh alhamdulillah membantu aku untuk terlatih berbahasa Jepang.
(surat pertama dari Jepang, 2009)
Aku kasih unjuk surat beserta isinya ke orang tua agar lebih percaya kalau otousan ini memang baik dan bersahabat :) Akhirnya mama papa percaya. Hehehe...
Saat itu aku ceritakan juga perkenalan dengan otousan ke kakek aku, dan beliau senang sekali mendengarnya. Unfortunately, kakek aku meninggal beberapa bulan setelah surat itu sampai di rumah.
Kalo kata mama : "dila dapat kakek angkat dari Jepang ya?".
(pertemuan pertama, 2010)
Saat itu, okaasan mengajari kami tradisi cara membuat ocha. Baru tau kalo ada langkah-langkahnya =.="
(Kiki, otousan, okaasan di daerah pondok bambu)
Setelah pertemuan itu, obrolan kami semakin sering dan seru, hingga setiap kali otousan berkunjung ke Indonesia, otousan selalu mengabari aku untuk bisa bertemu. Di tahun 2011, otousan mengabari ingin main ke rumah aku. Waduuhhh... harus berbenah dan merapihkan rumah ini mah. Kedatangan tamu orang Jepang. Semua keluarga aku speechless...
Kali ini otousan datang berdua sama mas Luthfi (orang Indonesia yang kerja di Jepang dan udah kenal lama sama otousan). Selama pertemuan, kami berbincang-bincang ria dan masih banyak dibantu bahasa Jepangnya sama mas Luthfi. Da aku mah cuma bisa bahasa Jepang yang ala kadarnya. Belum bisa casciscus...
(pertemuan kedua, 2011)
Oleh-oleh curry nggak aku makan karena setelah di konfirm ke teman yang jago bahasa Jepang, ada kandungan babi nya di kuahnya. Yaaahh, zannen desu ne...
Paling suka sabun yang dari susu sapi. Enak banget wanginya :D
(dibawain oleh-oleh dari Jepang)
Dan otousan kian ketagihan untuk datang kembali ke Indonesia. Pertemuan yang ke-3 kali ini, otousan membawa serta temannya. Namanya Kawano.
I feel sooo excited \(^.^)/
Puruzento arigatou ne... Otousan wa ii desu yo...
Oh iya kalo ga salah, untuk bertemu dengan otousan yang kali ini penuh perjuangan karena otousan kasih kabar mendadak mau main lagi ke rumah. Aku kuliah di Jatinangor (Sumedang) dan langsung chaw ke Jakarta setelah mengikuti 1 mata kuliah aja di pagi hari (08.00-09.45). Bolos beberapa mata kuliah.
(pertemuan ketiga, 2012)
Otousan sungguuuhhh perhatian. Untuk menunjang belajar bahasa Jepang aku, otousan memberi hadiah kamus translate digital Inggris-Jepang. Hounto ni arigatou (T.T)
(arigatou)
Dan pertemuan-pun masih berlanjut sampai aku sudah di ujung masa-masa perkuliahan. Sedih juga sebenarnya ketika sudah tidak punya waktu yang cukup untuk melanjutkan belajar Nihongo (bahasa Jepang).
(pertemuan keempat, lupa tahun)
Ada satu pertemuan lagi dengan otousan di Bandung. Kali itu aku pergi sama abang sepupu untuk bertemu sama otousan.
Daaannnn baru saja kemarin (17/7/2016) jam 18.08 otusan tiba-tiba me-video call ke line aku.
What a surprised !!!
"angkat...nggak...angkat...nggak..." galau.
Akhirnya sebelum aku angkat, aku langsung menyambar mukena dan memakainya.
"Mati gue, ngomong apa ini" gerutu dalam hati.
Bahasa Jepang yang dulu aku pelajari semenjak SMA belum berkembang, jadi lagi..lagi.. ngobrol sama otousan, okaasan, dan yua chan (cucuk otousan) memakai bahasa Jepang yang ala kadarnya. Banyak yang diobrolin, tapi terkendala improvisasi bahasa.
Ayoooo Diiiilllll belajar lagi bahasa Jepang. Ganbatte. Take your time, buddy.
(video call mendadak Indo-Jpn)
Jya, 11gatsu matane :)