Tuesday, December 27, 2016

Menikah Itu Ibadah, Halal Itu Indah

"Begitu unik cara-Nya untuk mempertemukan dan betapa mudah cara-Nya untuk mempersatukan, jangan kau tanya bagaimana karena cara-Nya tidak akan sampai di logika"
-Dila

(mitsaqan ghaliza)

Kami menikah dengan step (dalam Islam) :
1. Ta'aruf (pengenalan)
2. Khitbah (lamaran)
3. Akad

Ta'aruf, bukan pacaran
Mungkin kata itu masih asing didengar oleh sebagian orang Indonesia. Apa sih ta'aruf itu? Let me tell you about this, dear shalihah. Eh tapi sebelumnya, ini definisi menurut saya dan suami ya ^^
Ta'aruf adalah sebuah proses pengenalan syar'i laki-laki kepada perempuan atau sebaliknya untuk mengetahui visi dan misi masing-masing dalam membangun rumah tangga, semata-mata untuk mencari ridha Allah. Cara mengenalnya dapat melalui mediator/perantara (teman, guru ngaji, keluarga) yang amanah, saling bertukaran biodata lewat mediator, atau yang ekstrimnya (hehe..) si laki-laki langsung datang ke rumah perempuan untuk berhadapan langsung dengan wali perempuan : ayah. Kalau lama proses ta'aruf hingga akad maximal 3-6 bulan. Lebih cepat, lebih baik untuk menghindari godaan syaithan yang istiqamah menggoda manusia.
Isi dari ta'aruf itu sendiri intinya untuk menggali informasi seputar si calon baik itu background keluarganya, aktivitas dia sehari-hari, atau mengkonfirmasi info yang pernah didapat dari perantara atau teman-temannya, dll. Harus memberikan informasi yang sejujurnya, jangan ada yang ditutup-tutupi. Saat ta'aruf juga boleh saling 'curi-curi pandang' untuk melihat suatu ketertarikan yang mendorong si laki-laki untuk menikahi si perempuan (nadzor). Lihatnya ga usah sampai melotot ya akhi, ukhti. Lihat secukupnya aja.


”Bila seseorang dari kalian meminang seorang wanita lalu ia mampu melihat dari si wanita apa yang mendorongnya untuk menikahinya, maka hendaklah ia melakukannya”
(HR Abu Dawud)

Oya catatan penting nih, perempuan wajib menutup aurat ya ---> ingat, yang termasuk aurat wanita adalah seluruh badan kecuali wajah & telapak tangan, jadi, pakai kaos kaki dan mansetnya ya ukhti :)
Biarkan pertama kali si ikhwan itu menyukai agama & akhlakmu, bukan pada bentuk fisikmu.
Perbanyak shalat tahajud dan shalat istikharah agar Allah menetapkan pendamping yang terbaik untuk dunia dan akhiratmu. Enaknya dilakukan di 1/3 malam (kira-kira jam 03.00 - menjelang subuh).
Hasil shalat istikharah yang saya rasakan yaitu munculnya rasa "yakin" terhadapnya. Ga tau kapan dan darimana perasaan itu hadir dan seperti diri ini seolah membisikan 'aku mau memperjuangkannya' #eaaaaa.
Anehnya lagi selama proses ta'aruf hingga H-1 minggu menjelang akad, saya sama sekali nggak ingat rupa si mister. Pun itu karena menjelang akad saya masih lupa wajahnya, akhirnya dipaksakan untuk mengingat-ingat. Ada sih foto mister di facebook, tapi rasanya kok beda ya sama yang datang ke rumah.
Saya ambil hikmah : mungkin Allah sengaja tidak memberi ingatan kepada saya tentang gambaran dirinya agar ibadah saya tidak dihantui dengan rupa wajahnya :D (cerita jujur loh ini). Pun setelah nikah, ketika saya ceritakan hal ini ke suami, doi terkaget-kaget. Hehehe....
(mister)

Khitbah
Ketika sudah sama-sama OKE, maka lanjut ke proses peminangan (lamaran). Khitbah artinya peminangan yaitu seorang laki-laki meminang seorang perempuan, dan kalau seorang perempuan sudah dipinang oleh laki-laki lain, haram hukumnya saudara lelaki muslim lainnya meminang perempuan tersebut.
Tidak ada pacaran walaupun sudah resmi bertunangan! Ingat ya!

Akad
Jreeennggg.... kepastian ini yang sangat dinanti-nanti oleh kaum hawa. Betul kan? Ingat, ini hati, bukan jemuran yang bisa lama digantung :p
Rasa deg-deg-an itu mulai muncul ketika sudah mulai mencapai tahap pelafalan akad. Saya yang pada hari H ditempatkan terpisah dari meja akad (disuruh tunggu di ruang make-up), menanti dengan harap-harap cemas. Banyak pertanyaan yang hadir di benak saya , seperti :
1. Lancar ga ya akangnya ngucapin kalimat akad?
2. Akadnya udah belum sih? Kok ga kedengaran suaranya sampai sini? *ngedumel sama si sound system*
3. Duh nanti kalo disuruh datang ke meja akad harus gimana?
*sampai saat ini menulis blog ini, saya masih bisa merasakan gugupnya menanti saat akad, hehe...
(meminta izin menikah ke Papa)

  (suasana akad)
  
Alhamdulillah kata mereka yang menyaksikan, pelafalan akadnya berlangsung dengan lancar dan jelas :')
Tapi sesungguhnya hati ini masih ingin melihat secara langsung akadnya...

(keluar dari ruang make-up untuk disandingkan)

 (pembacaan hafalan ayat suci Al-Qur'an sebagai salah satu mahar)

(pegangan tangan untuk pertama kalinya, cieeeeee....)

 (penandatanganan berkas-berkas)


 (do'a)

Terimakasih kamu, terimakasih sudah menjadi jawaban atas doa-doaku; 
Seorang imam yang bisa membimbingku dalam urusan dunia serta akhirat, lelaki bertanggungjawab yang bisa menerimaku dengan sepenuh hati, juga seseorang yang aku harap bisa membuat hatiku tentram tanpa perlu melakukan apa-apa selain ada.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bagaimana dengan kondisi Papa sendiri?

I think this picture can describe his feeling :')

Papa yang sedari awal menginginkan seorang menantu yang sama-sama masih satu suku (Minang) untuk anak gadisnya ini, akhirnya luluh dengan mister yang berani datang langsung ke rumah. Dia berasal dari Sunda. Entah apa yang membuat hati kedua orang tua akhirnya mau menerima, padahal tanggal 10 Juli 2016 itu adalah waktu pertama kali kami (saya & orang tua) bertemu. Saya sudah takut saja jika akan ada penolakan di awal (respon negatif), tapi qadarallah Allah Yang Maha Membolak-balikan Hati hamba-hamba-Nya. Alhamdulillah prediksi saya salah :D

"Yaa muqallibal quluub tsabbit qalbii 'alaa diinika"
(Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan Hati teguhkanlah hatiku berada di atas agamamu)
"Yaa muqallibal quluub tsabbit qalbii 'alaa tha'athik"
 (Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan Hati teguhkanlah hatiku di atas ketaatan kepada-Mu)

Do'a di atas itu saya sering ulangi sembari membayangkan wajah kedua orang tua dengan maksud Allah berkenan menetapkan hati mama papa.

 (Gedung Perpustakaan Nasional RI)

".... and We created you in pairs" (Q.S. 78 : 8)

Entah kata siapa kalo jodoh itu ada kemiripan di wajahnya, seperti halnya ketika ada beberapa teman saya yang chat langsung ke saya karena melihat foto yang saya pajang di medsos (foto yang di atas). Mereka bilang kalo hidung dan senyumnya itu mirip. Kok bisa?
Yaaa mungkin "emang Allah udah tandain jodohnya dengan adanya kemiripan di pasangan" (just kidding).

(Surat An-Nisa : 1)

Terima kasih Allah, Engkau secara tidak langsung memberikan petunjuk-Mu di dalam surat An-Nisa : 1 yang kala itu hamba-Mu yang satu ini sedang membutuhkan ketetapan hati untuk menjawab kelanjutan ta'aruf, akankah disudahi atau dilanjutkan. Sungguh-sungguhlah bermunajat meminta petunjuk-Nya untuk sebuah keputusan penting di hidupmu. Foto di atas langsung saya capture di tanggal 27 Juli 2016 waktu menjelang subuh. Tepat sekali ketika ayat selanjutnya yang hendak akan saya tadaburi jatuh di surat An-Nisa : 1. Itu ayat yang pertama kali saya baca ketika membuka Al-Qur'an. Jawaban Allah bisa datang kapan saja dan dalam bentuk yang bermacam-macam.

"Allah sesuai dengan prasangka hamba-hamba-Nya"

Nah yang masih suka berburuk sangka ke Allah, coba deh mulai dari sekarang ubah cara pikirnya. Allah itu Maha Baik, bahkan terlaluuuuuu baik (>,<) . Kita nya aja yang suka berfikiran negatif ke Allah.


"Jadilah kamu sebaik-baiknya pasangan yang akan mendampinginya kelak karena perjalanan kita bukan hanya di bumi tapi akan terus berlanjut hingga bertemu dengan-Nya. Carilah ia yang siap dan mau menjadi partner dunia akhiratmu. Bersabarlah wahai hati, akan ada masanya kamu akan merayakan cinta yang telah diridhai-Nya"

-Dila


"Halal is a must. Not just about what we eat, but also what we wear and what we love"

Thursday, December 15, 2016

Tentang J.O.D.O.H

Banyak orang yang kebingungan karena belum juga menemukan jodohnya, padahal sudah sangat ingin menggenapi hidupnya. Dulu aku juga pernah mengalaminya, sepanjang proses menemukan kamu. Eh, maaf, kamu tidak suka kalau aku bilang aku menemukan kamu. Katamu, jodoh bukanlah barang hilang yang harus ditemukan. Jodoh itu dipertemukan, karena siapapun dia, sudah Tuhan tetapkan semenjak kita berada dalam kandungan ibu. Hanya masalah waktu saja, Tuhan mempertemukan kita dengan orang itu. Jadi sebenarnya, kita tidak menemukan. Kita dipertemukan. Ada skenario Tuhan yang mengatur semuanya. Dan semuanya akan terasa lebih mudah jika kita mengikuti alurnya. Jika tidak? Kita hanya sedang mempersulit diri sendiri.

Sebagian orang mencari pasangan yang tepat untuk menggenapi hidupnya. Memilah-milih apakah seseorang tepat atau tidak untuk menghabiskan sisa usia bersamanya, merasa bahwa dirinya punya sepenuhnya hak untuk menentukan siapa jodohnya. Lupa bahwa yang memutuskan tepat atau tidak tepat untuk perkara jodoh itu Tuhan yang Maha Tahu, bukan kita yang egois dan banyak maunya ini. Belum mengerti bahwa kita akan benar-benar tahu seseorang itu tepat atau tidak untuk kita, setelah kita hidup menggenap dengan orang itu. Bukan dengan menerka-nerka apakah orang itu tepat atau tidak. Jikapun setelah menggenap kita merasa kurang tepat, kita punya banyak cara untuk memperbaikinya, untuk menjadikan rumah tangga kita jadi lebih baik, untuk membuktikan bahwa kita dan pasangan kita memang pasangan yang tepat, dan karena itulah Tuhan mempertemukan dan menjodohkan sepasang manusia. Kita dan pasangan kita. 

Pada akhirnya, jodoh kita adalah orang yang sah menggenapi kita. Seberapa dekatpun kita dengan seseorang, seberapa dalam dan lamapun kita berhubungan dengan seseorang, orang itu belum tentu menjadi jodohnya kita. Orang tersebut akan benar-benar menjadi jodoh kita, kalau sudah disahkan oleh aturan, aturan agama dan negara. Bisa jadi orang yang baru kita kenal, bahkan seseorang yang belum pernah kita kenal sebelumnya-lah yang ternyata sudah Tuhan siapkan untuk dipertemukan dengan kita, untuk saling menggenapi. Entah melalui perantara apa ataupun siapa.

"Setelah semuanya sah, cinta akan langsung menjelma menjadi tanggungjawab, menjadi hak dan kewajiban dalam keseharian. Toh, ada sepasang manusia yang dijanjikan berjodoh bukan hanya di dunia, tapi sampai di syurga kelak; sepasang manusia yang saling mencintai karena-Nya. Dan aku berharap bisa termasuk ke dalamnya.”
 
dikutip dari buku Genap by Nazrul Anwar

Thursday, November 17, 2016

Sebelum master, eh datang mister

"You educated a man : You educated a man. You educated a woman : You educated a generation" -Brigham Young

Setelah lulus bidang profesi apoteker, sembari ikhtiar mencari lowongan pekerjaan, saya juga iseng-iseng membuka web universtas-univesitas. Tertarik ingin melanjutkan studi ke jenjang S2 di bidang farmasi klinik. Setelah banyak mengobrol dengan teman-teman yang juga tertarik untuk bersekolah lagi, akhirnya saya putuskan untuk mencoba ikut tes di UI (farmasi klinik). Hasilnya adalah belum rezeki saya saat itu. Mencoba lagi? Ya, coba lagi!
Kali ini, langsung mendaftar di 2 universitas yang berbeda yaitu famasi klinik UI (lagi) dan iseng-iseng daftar MBA ITB (sok pede banget! Hahaha). Biaya pendaftarannya untuk keduanya juga lumayan menguras doku. Akhirnya ngerayu orang tua agar bisa 50:50 pembayarannya.
Sebenarnya, pilihan yang cukup sulit kala itu jika diterima dua-duanya karena harus siap untuk menentukan salah satu diantara 2 pilihan (iya kalo keterima di dua-duanya). Kalo nggak keterima di dua-duanya mungkin pilihan yang tersisa : kerja atau nikah (aja). Udah gitu, menunggu hasil pengumumannya berbulan-bulan, alhasil membuat hidup tak tenang.
Beberapa bulan kemudian, pengumuman pertama yang keluar adalah dari UI. Jreeenngg... ternyata hasilnya pun tetap sama : belum lolos untuk bersekolah di sana.
Hiiikkkksss, sedih banget...
Saat itu langsung hopeless banget. UI aja nggak diterima, apalagi MBA ITB. Jangan mimpi ketinggian, Dila.
"udahlah siap-siap nikah aja kalo gini" pikir saya saat itu. Hahahaha :D.....
Ya Allah padahal udah niat banget ingin bersekolah lagi, tapi kok jalannya belum terlihat. Apa mungkin ikhtiarnya yang belum kuat? Sempat saya berburuk sangka ke Allah. Haaa mungkin saat itu kondisi iman saya yang sedang lemah.


Balik lagi saya menguatkan diri sendiri : 

"If you feel that you're very down, just close your eyes and say : This is my journey. He puts me here. It's His plan, so I have to carry on and trust Him"

Hasil pengumuman yang dinanti-nanti tiba (bulan Juni pertengahan kalo nggak salah). Ternyata hasilnya alhamdulillah saya (kok malah) lolos MBA ITB. Sedetik setelah itu saya percaya bahwa telah terjadi pertarungan antara doa dan takdir di langit ^^ .
Kisah perjuangan saya untuk ikut tes ITB bisa klik di sini dan di sini

"Jangan pernah lelah berbaiksangka kepada-Nya"

Liat-liat biaya kuliah di jurusan sana ternyata lumayan juga. Ini harus wajib biaya kuliah dari beasiswa. Sejurus kemudian saya langsung mendaftar LPDP gelombang 3 dengan konsekuensi jadwal masuk kuliah saya yang seharusnya Agustus 2016 diminta untuk diundur ke bulan Januari 2017 karena LPDP meminta min 6 bulan sebelum memulai perkuliahan harus sudah mendaftar LPDP. Sebenarnya bisa saja mendaftar LPDP di gelombang 1, tapi saya sendiri tidak pede. Hehe...
Bismillah....

And day after day, someone (old friend) contacted me by phone (18 Ramadhan 1437 H/ 23 Juni 2016). Typed a message and asked my updated activities. I thought some ambiguous will be happened. Hmmmm....

Ternyata dugaan saya benar. Akhirnya ia berterus terang bahwa ada temannya yang tertarik ingin berkenalan (ta'aruf) dengan saya dan berniat serius (huwooowww....!). Penjelasan itu saya dapat darinya setelah saya pura-pura oon bertanya maksud dari chat yang dia sampaikan. You had been trapped! Hohoho...
Setelah kegalauan saya berkurang akibat studi master dan beasiswa, sekarang saya dihadapkan dengan si mister (rasanya mau kabur aja saat itu. Suer!).

1 Juli 2016
Saya dan temannya itu (si mister) bertukaran biodata ta'aruf melalui perantara teman saya. Buat yang penasaran isinya seperti apa, searching aja di google dengan keyword : biodata ta'aruf. Banyak kok, bahkan ada dilengkapi dengan penjelasannya. Setelah bertukaran, sama-sama memahami isinya dan saling melaksanakan shalat istikharah.

3 Juli 2016
Saya kembali hopeless lagi karena persiapan saya kurang di TOEFL (sudah expired) untuk apply beasiswa LPDP. Setau saya, calon awardee yang sudah mempunyai LOA unconditional (seperti saya yang sudah resmi diterima di univ tujuan) tidak perlu melampirkan sertifikat TOEFL ITP by ETS. Ternyata tetap diwajibkan untuk dilampirkan (mungkin kebijakannya berubah-ubah terus). Max waktu pendaftaran lpdp tinggal 1 minggu lagi, sedangkan jika saya ambil tes toefl itp sudah tidak mungkin lagi karena untuk hasilnya saja baru akan keluar setelah 2 minggu dari tanggal tes. Sudah lewat dari waktu lpdp. Kembali saya murung lagi, belum lagi ada si mister (T.T). Akhirnya saya memutuskan untuk mundur saja dari ta'aruf ini karena saya berada di dua pilihan yang sulit dan saya minta disampaikan ke si mister melalui teman saya.

4 Juli 2016
Rasanya tidak adil jika saya tidak menyampaikan permintaan izin si mister untuk datang ke rumah dengan niat silaturrahim (ceunah) kepada orang tua saya. Saat itu suasananya sedang berada di dapur pagi hari untuk mempersiapkan lauk pauk di hari lebaran idul fitri (H-3). Intinya lagi riweuh. Setelah saya sampaikan maksud si mister dan memperlihatkan biodatanya, orang tua saya bilang : "Ya udah kalo mau datang, datang aja" (nyeessss... saya harus gimana ini?).

5 Juli 2016
Saya sampaikan pesan orang tua ke teman saya kalau si mister diizinkan datang untuk silaturrahim (ingat ya silaturrahim aja!). Hahahaha (grogi to the max).

10 Juli 2016
Jreeengg jreenngg : ta'aruf ke-1 (panic at the disco).
Mister datang ke rumah bersama ibunya (niatnya mau datang sendiri, tapi ibunya juga ingin ikut) dan bertemu untuk pertama kalinya. Canggung, grogi, deg-deg-an, tidak berani menatap, dan berdua sama-sama ghadul bashar (menundukkan pandangan). Hanya berani curi-curi pandang untuk nadzor.

"Apabila seorang di antara kamu hendak meminang seorang wanita dan akan mengawininya, hendaklah ia melihat sebagian dari apa yang bisa mendorongnya untuk mengawininya"
(HR. Ahmad & Abu Daud).

Sepulangnya si mister dan ibunya, kami langsung berkumpul untuk diskusi dan what a surprise!
Dari kedua orang tua say YES (alhamdulillah). Padahal mama dan papa saklek ingin punya menantu yang dari minang.
"Duuhh ma, pa kalo saklek seperti itu, anakmu kapan akan nikahnya?" gerutu saya beberapa tahun terakhir. Lagi dan lagi saya semakin percaya bahwa doa dan takdir memang bertarung di langit ^^

"Allah Yang Maha Membolak-balikan Hati hamba-hamba-Nya. Bermohonlah kepada-Nya"

Restu mama dan papa alhamdulillah sudah diberikan. Oya si mister ini berasal dari Sunda :)

23 Juli 2016, 
Ta'aruf ke-2 : keluarga kami dimita untuk bersilaturrahim ke kediaman si mister di Cileunyi (hahaha itu kan tempat saya kuliah dulu di UNPAD). Tidak ada komunikasi yang terjadi antara saya dan mister. Lebih ke pendekatan dua keluarga. Silahkan bayangkan bagaimana groginya saya menghadapi si mister.

24 Juli 2016
Karena tidak terjadi komunikasi, akhirnya saya mengirimkan 5 pertanyaan (by email) yang masih terpendam & belum sempat terlontarkan langsung dan begitu juga sebaliknya. Hehehe seharusnya saat ta'aruf itu (face to face) adalah waktu yang tepat untuk menggali latar belakang calon dan rencana ke depan. Setelah saya membaca balasan emailnya, saya meminta waktu 3 hari untuk memberikan jawaban : lanjut atau tidak.

27 Juli 2016
Melakukan shalat istikharah terakhir sebelum memberikan jawaban untuk kelanjutan proses. Di istikharah terakhir ini saya meminta dengan sangat ke Allah agar diberikan keyakinan dan kemantapan hati untuk menentukan proses selanjutnya. Selesai shalat istikharah dan sambil menunggu adzan subuh berkumandang, saya mengambil mushaf dan mentadaburi ayat Al-Qur'an yang selanjutnya akan saya baca, ternyata lembar selanjutnya adalah surat An-Nisa : 1.

"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu"

Jawaban dikirimkan melalui email : "Bismillahirrahmanirrahim. InsyaAllah Dila lanjut". Lanjut di sini berarti lanjut ke khitbah (lamaran).

31 Juli 2016
Si mister dipanggil khusus untuk datang ke rumah sama orang tua karena mau di 'interview' dikit, yaaa kurang lebih 1,5 - 2 jam.

Oya, alhasil niatnya pending 1 semester kuliah untuk berjuang di beasiswa LPDP, ternyata Allah alihkan untuk menikah dulu. Yaa Rabb... :')
Sejujurnya merasa kesal tapi senang. Gimana atuh? Ini benar-benar di luar prediksi saya dan keluarga besar. Aaahh teringat saya surat Al-Baqarah : 216.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui”

Percayalah rencana Allah lebih indah daripada rencana hamba-Nya :)

"Alasan apalagi untuk tidak taat pada-Mu Yaa Rabb jika sedemikian detail Engkau mengatur segala urusan hamba-hamba-Mu?"

10 September 2016
Tibalah hari Khitbah (lamaran). Degup jantung semakin terasa bookkkk (>,<). Bagi yang perlu turunan rundown khitbah, bisa kirim ke email aoi_adila@yahoo.com dengan subject : minta rundown khitbah. InsyaAllah nanti saya kirimkan.

(si mister meminta langsung ke mama papa)

(deg-deg-an)

(pemasangan cincin dari ibu CPP ke CPW dan bapak CPW ke CPP)

(it's so unbelievable)

Tidak ada kata 1/2 halal walaupun sudah bertunangan (ingat loohh!). Halal itu kalau sudah akad terucap. Dalam Islam jarak dari ta'aruf-khitbah-akad tidak boleh terlalu lama karena rawan godaan syaithan dan hati-hati bisa jatuh ke perzinahan. Naudzubillah...
Yang saya tau jarak ta'aruf ke akad jangan sampai lebih dari 6 bulan karena niat itu mudah berubah-ubah. Mulailah pernikahan dengan niat Lillahita'ala agar kehidupan berkah.
Berkah?
Berkah : 1 + 1 tidak sama dengan 2, tapi 1 + 1 = 1000 bahkan lebih nilainya di mata Allah.
Buatlah Allah ridha atas segala yang kita lakukan, termasuk menikah. Sesuatu yang baik, mulailah dengan yang baik pula.
Pun, pasca khitbah, memang benar godaannya semakin menjadi-jadi entah itu dari dalam diri maupun dari luar bahkan orang lain. Tetap semangat menyelesaikan godaan dan ujian yang datang menyapa karena sesungguhnya Allah sedang menguji kesungguhan niatmu.

(cieee udah dikhitbah)

-bersambung-

Kenapa prosesnya bisa sebegitu cepat?
Darimana keyakinan itu muncul?

Coming soon : "Menikah itu ibadah, halal itu indah"

Monday, October 24, 2016

Amalan harian, penting gitu?

Alhamdulillah kemarin saya berkesempatan untuk hadir dalam suatu majelis ilmu, membahas tentang pentingnya amalan harian (amalan yaumiah). Uhuukkk jadi kena tamparan.

Amalan harian itu yang seperti apa?
Let me write down them all :
1. Shalat wajib (tepat waktu)
    jangan diundur-undur mengerjakannya, nanti seperti binatang undur undur :p
2. Shalat sunah rawatib (qabliyah dan ba'diah)
    qabliyah : shalat sebelum melaksanakan shalat wajib
    ba'diah : shalat seseudah melaksanakan shalat wajib
3. Shalat sunah dhuha
4. Shalat sunah qiyamulail (tahajud)
    yang butuh curhat, inilah waktu yang tepat bercerita panjang lebar kepada Sang Maha Kuasa. Ia tidak akan membocorkan curhatanmu, justru akan memberikan jalan untuk menyelesaikannya. Percaya deh!
5. Dzikir pagi dan petang (al-ma'tsurat)
6. Shalat berjamaah di masjid bagi ikhwan
7. Tilawah Al-Qur'an + tadabur
8. Sedekah harian
9. Birrul walidain (berbuat baik kepada orang tua)
10. Membaca buku yang bermanfaat
dst...
Berat melakukannya? Tidak, jika kamu mengetahui balasan dari Allah dan hikmah yang ada dibaliknya (amalan-amalan harian).
Eh siapa tau dengan kamu memperbaiki hubungan dengan Allah, bisa jadi Allah akan memperbaiki urusanmu dengan sesama manusia. 
Saya pernah membaca sebuah buku tentang "How to manage your habit" karya Ust. Felix Siauw. Di buku itu tertulis bahwa aktivitas-aktivitas yang kita lakukan selama 3 bulan berturut-turut akan menjadi sebuah kebiasaan, dan dari kebiasaan itu akan menjadi jati diri kita. Jadi, pilah-pilahlah kegiatan-kegiatan yang akan dapat membentuk jati dirimu #ntms.

Back to the topic (^.^)
Namanya juga manusia, keimanan pasti naik turun, tapi dengan adanya amalan harian akan membuat keimanan manusia berada dalam posisi yang stabil dan naik terus.
"Amalan harian ada sebagai penjaga keimanan"
Penyebab tertinggalnya amalan harian :
1. Maksiat
Segala bentuk maksiat baik itu yang besar atau kecil, akan menjadi penghalang bagi dirimu untuk mendekat ke Allah. Dosa-dosa akan mengikat kaki, tangan, mata sehingga kamu enggan untuk taat kepada-Nya (lagi). Jangan remehkan dosa-dosa kecil karena itu permulaan dari dosa-dosa besar.

2. Terlalu banyak melakukan perbuatan yang mubah
Perbuatan yang mubah seperti berlebihan membuka media sosial atau HP, makan sampai merasa 'begah', tidur yang berkepanjangan, dll.
"Segera kurangi candu dunia"

3. Sudah merasa menjadi orang yang sempurna amalannya
Biasanya orang yang merasa dirinya sudah sempurna, maka tidak jarang ia akan mulai meremehkan amalan-amalan harian karena merasa amalan 'gue' udah banyak kok. Setan selalu saja istiqamah dalam menggoda manusia ya!

4. Suka menunda-nunda

Ini nih kebanyakan penyakit manusia : suka menunda-nunda suatu amalan kebaikan (termasuk salah satunya nikah #eh).
Ada 3 macam panggilan dari Allah yaitu :
1. Panggilan ketika adzan untuk segera shalat
2. Panggilan untuk beribadah haji jika mampu
3. Panggilan kematian
    semoga kita mendapat panggilan dari Allah seperti yang tertulis di surat Al-Fajr
"Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai; lalu masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku" (QS al-Fajr [89]: 27-30).
Hiiikkksss suka nangis setiap mendengar ayat ini jika dibacakan oleh imam shalat, apalagi di saat shalat tahajud dan lampu dimatikan. Merinding dan sesegukan membayangkan "apa mungkin Allah akan memberikan panggilan tersebut ke diri yang hina dina ini?".

Dampak meninggalkan amalan harian :
1. Pikiran menjadi tidak tenang dan gelisah.
Ingat sumber segala ketenangan adanya di hati, jadi berilah makanan untuk hati dengan melakukan amalan-amalan harian.
“Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika segumpal daging itu baik, maka akan baik seluruh tubuh manusia, dan jika segumpal daging itu buruk, maka akan buruk seluruh tubuh manusia, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim).

2. Muncul ke-futur-an
Futur? Apa itu? Cara mudah memahaminya adalah iman kembali lemah/menurun. Muncul rasa malas beribadah, selain itu, rasanya mudah sekali melakukan dosa (T.T)

3. Badan (fisik) menjadi lemah
Tidak hanya iman yang menjadi lemah tapi fisik pun juga akan mengikuti. Ingat, banyak melakukan ibadah tidak akan membuat fisikmu lemah, tapi menjadikan fisikmu kuat. Kekuatan diri seorang muslim ada pada istighfar dan taubatnya.

4. Tidak mendapatkan taufik dari Allah

5. Kehilangan wibawa
Maksudnya adalah diri tidak beribawa di hadapan musuh-musuh Allah karena ia telah memutuskan hubungan dengan Allah.

Cara mengembalikan lagi ghirah (semangat) untuk melakukan amalan harian :
1. Kembali lagi ke Al-Qur'an
Jangan pernah ada kata "bosan" untuk berinteraksi dengan Al-Qur'an. Jadikanlah ia sebagai teman (hidup) di dunia dan akhirat kelak. Ia akan menerangi kubur kita disaat tiada penerangan lagi seperti ketika hidup di dunia. Al-Qur'an itu adalah penasihat pribadi. 

2. Membebaskan diri dari maksiat dan dosa
Ingat, tidak akan ada dosa besar kecuali dari dosa-dosa kecil yang sering dilakukan.
"Every little sins that you make will poison your soul"

3. Jangan berlebihan melakukan yang mubah
Lakukanlah kegiatan-kegiatan secukupnya, seperti makan secukupnya (berhenti sebelum kenyang), istirahat secukupnya. Jangan lebay!

4. Tegas dan keras ke diri sendiri, namun lemah lembut ke orang lain.
Jangan kebalik ya :)

5. Hiduplah di lingkungan jamaah
Maksudnya adalah pintar-pintarlah untuk mencari teman dan lingkungan. Contohnya, ketika hendak membeli sebuah rumah, lihatlah terlebih dahulu siapa tetangganya dan bagaimana kondisi lingkungan sosial sekitar karena lingkungan sangaaaattt mempengaruhi pembentukan diri.

6. Meminta pertolongan ke Allah
Aaaahhh mungkin kalau tidak ada lagi cara lain untuk menyadarkan diri, berdoalah ke Allah meminta agar Ia membukakan kembali pintu hidayah yang sempat tertutup oleh kebodohan dan kemalasan kita sebagai manusia.

Wallahu'alam bissawab...

Dengan merutinkan melakukan amalan harian, semoga diri kita bisa sampai pada puncak manisnya iman dan Islam :)

Tuesday, October 11, 2016

Istikharah Cinta part 2

(beberapa koleksi buku di kamar)

"A dream written down with a date becomes a goal"

Selama di dunia perkuliahan, alhamdullillah saya berteman akrab dengan buku-buku. Buku bacaan dan novel sudah seperti teman (hidup). Kamar kosan sudah seperti perpustakaan, dan teman-teman yang kadang bertamu ke kamar suka meminjam beberapa koleksi buku saya. Entah itu ketika sedang tidak ada jadwal kuliah, saat hari kejepit, atau saat mereka sedang bagus mood membacanya. Sejak dahulu saya terhipnotis dengan ungkapan-ungkapan yang terdapat pada beberapa buku seperti buku Al-Hikam (Ibnu 'Athaillah) & Jalan Cinta Para Pejuang (Ust. Salim A Fillah). Salah satu isinya seperti ini :

"Pertemuan antara kehendakmu dan kehendak-Nya bagaikan angin yang membatasi busur panahmu dengan sasaran. Meskipun perhitunganmu sangat akurat, bisa saja angin 'membelokkan' busurumu ke arah yang lain. Tugasmu hanyalah memfokuskan perhatianmu pada sasaran, mempersiapkan segala kemungkinan untuk berhasil 'membidik' tepat sasaran. Selanjutnya, biarkan ketentuan-Nya yang bermain"
(Al-Hikam)

Hal lain yang benar-benar saya coba praktikan sehabis membaca buku karangan Ust. Salim adalah seperti di bawah ini :

"Sematkan saja sebuah tanggal padanya. Karena cita-cita adalah mimpi yang bertanggal. Cita-cita adalah mimpi yang kita tentukan waktu mewujudakannya. Mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok. Mari berikhtiar sekuat jiwa dan raga, kita tunaikan kewajiban-kewajiban untuk menghubungkan diri dengan-Nya. Kita genapkan sunnah-sunnah untuk mengambil cinta-Nya"
(Jalan Cinta Para Pejuang) 

Dari buku-buku tersebut, terbesit di diri saya (tahun 2012, umur 19 tahun) untuk menargetkan tahun menikah, yaitu di tahun 2014 (umur 21 tahun). Saat itu sepertinya saya masih bingung apakah niat menikah itu termasuk kategori "INGIN" atau "BUTUH" untuk saya. Hati-hati loh, beda antara keinginan dan kebutuhan. Ingin belum tentu butuh, dan ingin itu mungkin hanya berlangsung sebentar saja, hanya perasaan sesaat, dan mungkin didorong karena nafsu, tapi kalau butuh beda lagi. Butuh mempunyai arti kamu memang sudah memerlukan, dan merasa harus segera dipenuhi, seperti kita manusia butuh udara untuk bernafas, makanan untuk menghasilkan energi, dll. Kebutuhan itu lebih tinggi tingkatannya daripada hanya sekedar ingin.
Sekarang coba tanya ke diri, menikah bagi diri sendiri termasuk ke kategori "ingin" atau "butuh"? 
Rasanya di umur 19 tahun saya baru tersadar bahwa niat itu masih dalam kategori ingin. Namanya juga remaja yang masih mencari jati diri. Hehehe....
Jika saya mempunyai targetan untuk bisa segera menikah, maka saya siapkan sedini mungkin ilmu-ilmunya dari lingkungan sekitar : hadir dalam majelis ilmu, wawancara langsung ke senior-senior yang sudah menggenap lebih dulu, baca buku seputar cara memilih pasangan (hidup), hak dan kewajiban pasutri, dll. Saat semester 6 di bangku kuliah S1, saya coba ikut acara SPN (Sekolah Pra-Nikah) Salman ITB. Biayanya saat itu 400.000 untuk 8x pertemuan di setiap minggunya (weekend). Jadi total lama SPN adalah selama 2 bulan. Uangnya darimana?
Alhamdulillah uangnya dari penghasilan saya sendiri (bisnis). Untuk masalah ini, saya mengikutinya diam-diam. Ga bilang-bilang ke orang tua apalagi teman-teman, tapi ada deh saya cerita ke 1 orang teman dekat saya. Mengikuti SPN ini adalah bentuk keseriusan saya dalam berikhtiar.
Jadi, sudah sejauh mana ikhtiarmu untuk menjemput si dia?

"Azzam (keinginan yang kuat) harus disertai dengan ikhtiar, do'a, dan tawakal"

Apakah ilmu saja cukup untuk menjemput jodoh? BIG NO!
Nah ini kiat-kiat menjemput jodoh (yang saya lakukan) :
1. Bertaubat kepada Allah

Kenapa bertaubat terlebih dahulu? Sebagai manusia tentu tidak luput dari dosa dan kesalahan-kesalahan. Apa salahnya memulai sesuatu yang baik (menikah) dari sebuah pertaubatan? Bertaubat berarti mengakui bahwa kita lemah di hadapan Allah bak butiran debu. Menangislah sejadi-jadinya di saat engkau bermunjat kepada-Nya di 1/3 malam. Lepaskanlah beban yang engkau rasakan dengan banyak bercerita kepada-Nya. 

2. Meluruskan niat
Jangan memulai dengan sesuatu yang Allah benci dan murkai jika ingin kelangsungan kehidupan yang berkah.

Ingatlah hadist arbain pertama ini :
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radhiallahuanhu, dia berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya ) karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan".
Mari luruskan niat Lillahita'ala (karena Allah).

3. Perbaiki diri
Harus ada perbaikan diri jika mau jodoh yang special (pake telor :D ). Setelah menikah, saya baru percaya bahwa memang benar jika jodohmu sesuai dengan kualitas dirimu. Mau cepat tahu seperti apa jodohmu kelak? Cepatlah bercermin, di sana engkau akan melihat gambaran jodohmu.

Oh ya, pernah saya baca dalam sebuah buku bahwa gambaran jodoh seperti ini.
Dalam rapot terdapat pelajaran matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, kesenian, dst. Lalu ibaratkan :
Matematika = Nasab
Bahasa Indonesia = Kecantikan/ ketampanan
Bahasa Inggris = Ke-shalih/ah-annya
Kesenian = Harta
Allah menjodohkan mereka (A & B) yang mempunyai kualitas yang sama. Kualitas diri = total nilai rata-rata rapot si A dan B.
A & B masing-masing mendapatkan total nilai rata-rata yang sama, tapi PASTI berbeda bobot nilai masing-masing untuk pelajaran matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan kesenian. Ada yang mendapatkan nilai yang lebih tinggi dan lebih rendah untuk masing-masing pelajaran, tapi seimbang untuk nilai akhirnya.
Begiculah cara mudah memahaminya~

4. Berdoa kepada Allah secara mendetail
Yup, kalau berdoa dan meminta ke Allah harus mendetail termasuk meminta teman (hidup). Kadang saya meminta ke Allah ingin yang begini dan begitu, tapi selalu di akhir perbincangan dengan Allah saya ucapkan : "Ya Allah minta suami yang shalih, baik akhlaknya, yang mencintai-Mu dan mencintai Rasul-Mu. Dan semoga hamba-pun juga begitu. Eh tapi terserah Allah aja, yang penting Engkau ridha."
(silahkan kalau mau mengikuti doa seperti yang saya panjatkan).

"Ingat, ridha Allah di atas segalanya"

Jangan bosan juga untuk mendoakan jodohmu dan dirimu sendiri. Panjatkan doa di waktu-waktu yang mustajab : selesai shalat wajib, diantara selesai adzan dan iqamah, di 1/3 malam setelah shalat tahajud, ketika hendak berbuka puasa, saat hujan turun, dll. Kita tidak pernah tau di waktu yang mana Allah mengabulkan doa kita, ya kan?
Keep praying

5. Teliti dalam memilih pasangan
A. Bagi akhwat (wanita), kita sudah diberi panduan di Islam untuk memilih pasangan hidup. Coba simak hadist ini :
“Apabila seseorang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya datang kepada kalian untuk meminang wanita kalian, maka hendaknya kalian menikahkan orang tersebut dengan wanita kalian. Bila kalian tidak melakukannya niscaya akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. At-Tirmidzi no. 1084, dihasankan Al-Imam Al-Albani t dalam Al-Irwa’ no. 1868, Ash-Shahihah no. 1022). 
Jadi, untuk para akhwat (wanita) pilihlah ikhwan (pria) yang agama dan akhlaknya baik, insyaAllah selebihnya baik. Tidak usah terlalu banyak kriteria ke-duniawi-an. Kalau Allah kasih lebih dari doa yang kamu panjatkan, berarti itu bonus dari Allah ^^

B. Bagi para ikhwan (pria), Islam pun juga sudah memberikan panduan untuk mencari separuh agama-mu. Coba simak hadist berikut :
"Seorang wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu beruntung. (Dikutip dari kitab mukhtar al-hadits an-nabawi hal 63 no 21).

It's only a matter of time

6. Ikhtiar di jalan yang Allah ridhai
Maksdunya di jalan yang Allah ridhai seperti apa?
Yaaa apalagi kalau bukan dengan TIDAK PACARAN, Jemputlah ia dengan cara yang terhormat :
a. Ta'aruf
=> perkenalan dengan niat serius ingin nikah, bukan niat ingin main-main atau iseng-isengan! 
b. Nadzar
=> melihat rupa calon.
c. Khitbah
=> meminang calon. Jika wanita sudah dipinang oleh seorang pria, tidak boleh ia menerima pinangan dari pria lain. Hati-hati di tahap ini buanyaaakkkk godaannya. Rasaian aja sendiri. Teruslah melakukan shalat istikharah hingga hari akad tiba!
d. Akad dan walimah
=> apalagi yang ditunggu dari seorang wanita selain kepastian? Bukan begitu wanita? Jika sudah sampai di tahap ini silahkan rasakan bahagianya merayakan cinta :)

"Ternyata ta'aruf dalam Islam lebih romantis daripada drama korea"


-bersambung-

Friday, September 16, 2016

Hijrah


Syahdan, menulis blog ini membuat saya bernostalgia tentang jalan hijrah yang sudah saya tempuh sejauh ini. Panjang juga ya ternyata & so precious.
Masa remaja adalah masa-masa menemukan jati diri. Butuh bimbingan banget, apalagi ketika gejolak-gejolak "itu" hadir.
Saat mengenal rasa suka dengan lawan jenis itu dimulai dari kelas 6 SD. Lambat laun semakin penasaran tentang rasa suka yang memang sengaja Allah hadirkan untuk hamba-hamba-Nya karena salah satu sifat Allah adalah Ar-Rahman (Maha Pengasih) & Ar-Rahim (Maha Penyayang). Wajar saja saya suka dengan lawan jenis, pikir saya saat itu. Di bangku SMP, mulai penasaran dan ingin mengenal lebih dekat tentang lawan jenis, istilahnya kepingin dekat-dekat dengan mereka, tapi mungkin memang sifatnya perempuan kali ya suka jual mahal ke laki-laki (saat itu) sehingga beberapa teman laki-laki yang pernah coba "nembak", saya tolak semua. Hahaha...
Wajar sih ada monkey love di zaman ABG (bangku SMP).
Alhamdulillah saya lolos dari kata "pacaran" selama di bangku SMP, sehingga hasil nilai UN saya memuaskan. Disamping itu alhamdulillah kegiatan saya juga padat (cieee...) dengan kegiatan les bahasa Inggris dan bimbel. Jangan pacaran deh pokoknya, bikin boros waktu, hati, perasaan, doku (uang), dan pecah konsentrasi. Kesimpulan itu saya bikin sendiri karena melihat teman-teman SMP yang pacaran. Ada yang nangis di kamar mandi karena si pacarnya selingkuh (yaelah!), nilai pelajaran jadi turun sehingga dia dipanggil sama guru, dan masih banyak lagi realita tentang ruginya pacaran. Salah satu yang bahaya juga dari pacaran adalah ketika sudah bukan Allah lagi yang pertama mengisi hati, tapi si cimon (cinta monyet).
Allah Maha Pencemburu loh!

Memasuki bangku SMA, rasa suka terhadap lawan jenis tidak terlalu menggebu-gebu daripada saat di SMP karena semakin banyak kegiatan-kegiatan di sekolah. Saat itu saya ikut ekskul bahasa Jepang yang membuat saya sampai saat ini masih keep in touch dengan orang Jepang, kegiatan paskibra sekolah, les bahasa Inggris, dan bimbel (wiihh makin padat ya jadwalnya). 

"Alihkan rasa suka ke lawan jenis dengan melakukan banyak kegiatan-kegiatan yang positif, jadi pikiran tidak fokus ke situ terus"

Memang kita tidak bisa nolak rasa indah yang tiba-tiba hadir, tapi kita masih bisa meminimalisir dengan cara mengalihkannya. Jangan nyerah dulu !

Di bangku kelas 2 SMA semester 2 adalah titik balik kehidupan saya (hijrah), yang tadinya saya sangka hidup akan dibiarkan mengalir begitu saja : bayi ---> anak-anak ---> pendidikan formal (SD - kuliah) ---> kerja ---> menikah ---> punya anak ---> masa tua ---> kembali ke Sang Pencipta.
Ternyata tidak begitu kawan. Hidup tidak segetir itu. Saya yakin 100% setiap orang pasti mempunyai "titik balik" dalam kehidupannya yang membuat dia semakin mengenal siapa Penciptanya, asal dia memang ada niat untuk mengenal-Nya lebih dalam dan jauh, cepat atau lambat.
Kelas 2 SMA semester 2 awal mula saya hijrah menutup aurat walau belum rapat-rapat amat sih (kerudung masih pendek, pakai celana jeans, pergelangan tangan & telapak kaki masih terbuka).


Melalui kegiatan mentoring saya mulai mengenal Islam dan ternyata Allah memberikan hidayah-Nya melalui tulisan-tulisan di internet (di blog orang). Makasih banget untuk penulis blog yang sudah berkenan saya baca blognya. Semoga kalian mendapatkan pahala yang berlimpah karena telah menjadi salah satu jalan hijrah saya :) . Aamiin...

Kelas 3 SMA, saya mulai ulurkan kerudung hingga menutup dada, tapi masih 1 lapis. Rasa tidak nyaman berhijab nerawang itu muncul ketika saya semakin penasaran bagaimana Islam mengatur secara detail cara wanita untuk berpakaian yang menutup aurat. Saya banyak keliru selama ini. 
Cara berpakaian muslimah yang diajarkan dalam Islam :
1) Kerudung tidak nerawang
Konon katanya, imajinasi laki-laki itu 4D. Kalau lekuk lehermu keliatan, apalagi selanjutnya yang dibayangkan laki-laki lebih jauh saat melihatmu ketika itu?
2) Pakaian tidak menyerupai laki-laki
"Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang berpenampilan seperti laki-laki (HR. Bukhari)
3) Pakaian tidak ketat/tidak membentuk lekuk tubuh
Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: (1) Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan (2) para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal baunya dapat tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128).
4) Memakai kerudungnya tidak boleh seperti punuk unta (alias dipakaian konde, sumpelan atau ikatan rambut yang tinggi)
Cek hadist yang di point no 3
5) Menutup seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangan
Berarti kaki termasuk aurat ya ! Segera pasangkan kaos kaki.
6) Tidak tabarruj
7) Kerudung diulurkan sampai menutup dada

(alhamdulillah inilah saya yang sekarang)

Benar-benar Islam memuliakan wanita ternyata ya :)

"Sami'na wa atho'na (kami dengar dan kami taat)"

Kepada yang sedang atau sudah penat dengan kehidupan dunia, cobalah berlari menjemput hidayah. Minta ke Allah agar diberikan hidayah.
Pun ketika saya mencoba untuk mengikuti apa yang sudah diatur sama Allah, terdapat penolakan dari keluarga sendiri. Hehehe Allah sedang menguji seberapa kuat niat saya untuk berhijrah. Wuusshh cobaannya mantap!

"There's a will, there's a way, insyaAllah"

Coba baca kutipan ayat Al-Qur'an di bawah ini :
"Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal" . (QS Ali Imraan : 159-160)

Ingat, keraguan itu datangnya dari Syaithan yang istiqamah menggoda manusia...

"I hear, I know
I see, I remember
I do, I understand"

Dengan taat melaksanakan perintah-Nya, kita akan mengetahui hikmah dibaliknya. Mengapa wanita harus begini, begitu, tidak boleh begini dan begitu. Udah, ikutin aja titah-Nya. 
:) :) :)

Di dunia kampuslah (UNPAD) saya menemukan wadah tumbuh yang baik setelah sebelumnya di dunia SMA saya mendapatkan hidayah, selayaknya bakteri akan berkembang dan tumbuh dengan cepat di media yang sesuai dengannya.

-bersambung-