Malam ini saya diminta untuk menuliskan sebuah pesan untuk temannya teman saya yang baru menutup aurat (pakai kerudung). Kebetulan dia mau menghadiahkan kerudung yang saya produksi untuk temannya. Terus bingung lah mencari kata-kata yang tepat.
Akhirnya saya ubek-ubek google, mulai dari web dan gambar yang muncul setelah diketik keywordnya.
Daann pada web kesekian yang saya buka, muncullah kata-kata yang "pas" untuk muslimah yang baru hijrah. Kalimat yang tertera di webnya juga membawa saya pergi ke tahun 2009 silam, saat saya masih kelas 2 SMA.
Kenangan itu memang indah ^^
Saat jam istirahat sekitar jam 12.15 dan kebetulan adzan zuhur sudah berkumandang, perempuan remaja itu dengan seorang diri pergi ke mushala sekolah di pojok gedung.
Ia seorang diri bukan karena tidak ada yang mau berteman dengannya atau pergi shalat bareng, tapi karena ia terlalu asik dengan aktivitasnya di kelas saat jam istirahat, yaitu makan. Teman-teman yang lain sudah pergi sejak awal ke mushala dan menunda untuk mengisi perutnya, tetapi perempuan ini tidak.
Setelah mengambil wudhu, masih dengan muka yang basah, ia mengancingi lengan baju seragam sekolah, becermin untuk membetulkan sehelai jilbabnya, dan mencari-cari mukena di lemari kayu yang cukup besar menurutnya saat itu.
Ini sudah satu bulan ia hijrah untuk memakai jilbab saat kelas dua semester dua. Biasa saja pikirnya kala itu. Hanya berubah penampilan saja.
Dekat lemari mukena, ia menangkap sebuah kertas putih dengan laminating yang tertempel di dinding. Ia membacanya sejenak. Judulnya "Akhwat Sejati".
"apa itu akhwat?" tanyanya ke diri sendiri.
"ooohh kata 'akhwat' yang suka nempel-nempel di dinding tempat wudhu. Berarti artinya perempuan." sejurus kemudian ia menjawab pertanyaannya sendiri.
Ia mulai membaca perlahan tulisan warna warni tersebut. Memang menarik mata :)
Begini tulisannya :
Seorang gadis kecil bertanya pada ayahnya, “Abi ceritakan padaku tentang akhwat sejati?”
Sang ayah pun menoleh sambil kemudian tersenyum.
Anakku…
- Seorang akhwat sejati bukanlah dilihat dari kecantikan paras wajahnya, tetapi dilihat dari kecantikan hati yang ada di baliknya. Akhwat sejati bukan dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tetapi dilihat dari sejauh mana ia menutupi bentuk tubuhnya.
- Akhwat sejati bukan dilihat dari begitu banyaknya kebaikan yang ia berikan tetapi dari, keikhlasan ia memberikan kebaikan itu.
- Akhwat sejati bukan dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dilihat dari apa yang sering mulutnya bicarakan.
- Akhwat sejati bukan dilihat dari keahliannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya ia berbicara.
Sang ayah diam sejenak sembari melihat ke arah putrinya.“Lantas apa lagi Abi?” sahut putrinya.
Ketahuilah putriku…
- Akhwat sejati bukan dilihat dari keberaniannya dalam berpakaian tetapi dilihat dari sejauh mana ia berani mempertahankan kehormatannya.
- Akhwat sejati bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang di jalan, tetapi dilihat dari kekhawatiran dirinyalah yang mengundang orang jadi tergoda.
- Akhwat sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani, tetapi dilihat dari sejauhmana ia menghadapi ujian itu dengan penuh rasa syukur.
Dan ingatlah…
-Akhwat sejati bukan dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat dari sejauhmana ia bisa menjaga kehormatan dirinya dalam bergaul.
Setelah itu sang anak kembali bertanya,
“Siapakah yang dapat menjadi kriteria seperti itu, Abi?” Sang ayah memberikannya sebuah buku dan berkata, “Pelajarilah mereka!”
Setelah itu sang anak kembali bertanya,
“Siapakah yang dapat menjadi kriteria seperti itu, Abi?” Sang ayah memberikannya sebuah buku dan berkata, “Pelajarilah mereka!”
Sang anakpun mengambil buku itu dan terlihatlah sebuah tulisan “Istri Rasulullah”.
Setelah membaca tulisan tersebut, ia menjadi instropeksi dan bertanya kepada diri "beginikah seharusnya seorang muslimah?".
Kemudian ia lanjut untuk shalat zuhur dan di hari-hari selanjutnya, tulisan di pojok ruangan tersebut menjadi tempat favoritenya untuk membaca dan memahami setiap kata yang tertulis di kertas laminating itu.
Tidak hanya sampai di sana saja, ia pulang ke rumah dan mencari tulisan lain di link yang tertera di kertas favoritenya. Kemudian ia menyebarkannya di blog maupun di facebook (saat itu masih "asing" medsos facebook).
Semenjak pertemuannya dengan kertas tersebut, ia mendapatkan hidayah.
Perempuan remaja itu adalah saya :)
*terima kasih kakak-kakak ROHIS SMAN 12 JAKARTA yang sudah membuat dan menempelkannya di dinding mushala perempuan (siapapun itu pelakunya ^^) "
Psstt... kelas 3 SMA saya sudah mulai panjang jilbabnya dan berlapis dua. Alhamdulillah nyaman banget.
Jadi, salah untuk teman-teman yang mengira saya sudah memakai kerudung panjang sejak dari SMP atau awal SMA ^^
No comments:
Post a Comment