Friday, January 13, 2017

Aku, kamu, dan diary biru

Cerita ini bermula di tahun 2012.

Siang itu, aku yang masih menimba ilmu di bangku kuliah semester 5 pergi ke sebuah stationary yang cukup tenar di kalangan mahasiswa unpad Jatinangor. Niat datang ke sana hanya untuk membeli beberapa alat tulis. Saat mengantri di kasir, seperti biasanya aku terlebih dahulu melihat agenda-agenda yang terpajang di rak.
"Ingat yaaa cuma liat-liat aja, ga usah dibeli kalau ga butuh-butuh banget" aku menasihati diriku sendiri.
"Iya cuma liat-liat aja kok. Eh tapi kok buku biru ini eye catching ya? Coba aahh buka-buka tampilan isinya. Kalo enakeun, kayaknya mau beli. Covernya unik, warnanya biru muda yang cantik, dan harganya ga mahal-mahal teuing" aku me-lobby diriku sendiri.
"Heeii jangaann dibuka-buka, nanti khilaf loh pada akhirnya :p " si hati nurani berbicara lagi.
Ternyata sesampainya di kasir akhirnya belanjaanku bertambah (dengan sendirinya). Ga sadar si buku catatan biru itu sudah masuk ke dalam kantung belanjaan, dan kini kakiku melangkah pulang menuju kosan.
"Dasar perempuan..." batinku.


Saat tiba di kamar kosan, aku merebahkan diri di kursi belajar, membuka kantung belanjaan tadi, dan mengeluarkan semua isi belanjaan.
"Terbeli juga si buku biru ini. Enaknya digunain untuk apa ya?" begitulah perempuan kalau membeli barang tanpa sengaja.
"Aha! Buku ini dijadiin buku diary sepertinya asik juga. Eehh jangan diary istilahnya, kayak anak abg aja. Masa harus tulis : "dear diary..." , duh ga banget" aku berfikir keras.
"Gimana kalau buku ini digunain sebagai buku unek-unek? Lebih tepatnya untuk buku perantara antara aku dan "dia" yang berada di masa depan sana".

Baiklah, begini penjelasannya :
Aku menyebutnya sebagai buku perantara dengan seseorang yang masih ghaib di sana. Nama "dia" aja belum ada apalagi rupa fisiknya. Di sisi lain, aku-pun juga mempunyai kerinduan untuk segera berjumpa dengannya. Tapi bagaimana cara menyampaikannya?

Yaaa saat itu aku berfikir simple : "segala bahasa kerinduan aku tuliskan di dalam buku perantara ini termasuk unek-unek kehidupan. Bahasa yang kugunakan adalah bahasa obrolan seolah-olah aku memang sedang bercerita banyak dengan si "dia". Aku memanggilnya dengan nama "Bi...".

Oh ya sesekali aku ajukan pertanyaan untuk dijawab nanti olehnya.

Suatu hari kelak, jika Allah sudah mempertemukan & mempersatukan dalam akad, akan aku kasih si buku biru kepadanya agar ia tahu sudah lama aku ingin bertemu dengannya & agar ia tau segala usahaku dalam menjaga diri. Yang aku rasakan saat itu adalah setidaknya rindu ini cukup terobati setiap kali aku selesai menulis di setiap lembarnya.

2017
Kini, aku berubah pikiran untuk tidak jadi memberikan si buku biru itu. Maluuuuu kalau bahasa alay bin ababil ini jika harus sampai dibaca olehnya 😂😂😂

Jakarta, 13 Januari 2017

Dan baru saja hari ini ia "yang sudah nyata di hadapan" memintaku untuk diberitahu dimana si buku biru itu aku simpan.
"Duuhh kenapa si mulut ini dengan ringannya menceritakan tentang si buku biru itu? Aahhh kan keceplosan!" aku memaki diriku sendiri.
Rasanya aku ingin menarik kembali ucapanku di kala siang itu, 3 hari yang lalu. 
Dan sebalnya, dia tetap saja meminta untuk diberi tahu, padahal aku berharap dia akan lupa seiring berjalannya hari.
Akhirnya aku memberikan clue dalam ucapan bahasa Inggris dimana letak buku biru tersebut sebelum aku naik travel menuju ke Bandung.


Bandung, 13 Januari 2017

Setelah sampai di kosan Bandung, aku meneloponnya.
Me = "gimana bi udah ketemu buku birunya?"
Him = "iya udah ketemu mi. Eh ada 1 lagi ya buku diary nya? Yang warna peach"
Me = "Diihh kok dapat aja bukunya? Padahal udah dikasih batas jarak anatara buki biru sama yang peach. Aaahhhh udahlah bi, cukup sampai nemuin buku-bukunya, jangan dibaca. Maluuuu sumpah!
Him = "Hahaha habisnya dari semua buku di rak buku, buku peach itu aneh. Jadinya coba dibuka & ternyata lanjutan tulisan yang dari buku biru itu ada di sana".
Me = "Aaahh sebel aahhh, padahal udah ditahan untuk nggak nyinggung sedikitpun tentang buku peach itu".
Him = "Hahahahaha...".

Poor me.... :(

--------------------------------------END--------------------------------------

Silahkan dicoba kalau mau ikutan buat buku perantara.
Asli, seru loohhh udah jauh-jauh hari menyiapkan sebuah hadiah sederhana untuk orang di masa depan :D

No comments:

Post a Comment