Refleksi
Jiwa di Istana Surgawi
(Lomba SPOT di BILQIS 5)
“greeekkk…”
ku buka kain gorden berwarna hijau muda. Pantulan sinar matahari menghambur ke
segala penjuru ruangan.
“Hi, Aran. Good morning. Did you have a good
sleep?” sapaku pada teman sekamar yang baru kukenal satu minggu yang lalu.
Saat
itu kami bertemu di sebuah asrama mahasiswa berlokasi di Strada Observatorului,
Cluj Napoca. Aran berasal dari Spanyol. Ia datang ke asrama dengan tidak
membawa tas koper. Aku dibuat aneh olehnya. Setelah perkenalan yang singkat dan
hangat, ternyata aku ketahui bahwa
kopernya terbawa ke Barcelona. Bisakah kau bayangkan tinggal di suatu kota yang
baru tanpa barang-barang pribadi di dekatmu? Semenjak cerita kejadian koper
itulah hubungan pertemanan kami semakin akrab, hingga sang waktulah yang kini
telah membawa kami ke kota Brasov, Transylvania-kota legenda Dracula berasal.
“Morning, Anni. Yes, of course. I fell better
this morning”.
“I’ll take a shower first. Is it okay?
tanyaku pada Aran.
“Sure. I have enough time to clean myself
because it’s 6 o’clock”.
Setiap
pagi dengan suhu 7oC aku selalu bangun lebih awal daripadanya karena
aku harus melaksanakan kewajiban kepada Allah, shalat subuh. Sungguh berbeda
rasanya menunaikan shalat di negara yang jauh dari peradaban Islam. Tepatnya
tidak ada adzan di sini. Sungguh asing rasanya. Aku sangat merindukan suara
adzan.
15
menit kemudian.
“I done. Your turn”.
Kini
penampilanku telah berubah menjadi nuansa ungu. Baju ungu, kerudung ungu, dan
rok hitam dengan gambar rangkaian bunga menghiasinya, menambah elegant bagi orang yang melihatnya. Tak
lupa aku sematkan pin putih bermutiara di bahu kiri dan memakai sebuah jaket
berwarna hijau lumut.
“Ok. I’ll go in rush. Hmm… Lina will come to
here at 7 o’clock. Be ready”.
Lina
adalah gadis asli Romania dan ia tinggal di kota Cluj Napoca. Ia bersedia
menjadi guide kami selama di kota
legenda Dracula ini. Tidak memerlukan banyak waktu untuk berteman akrab dengan
Lina, ini karena sifatnya yang ramah, ciri khas orang Eropa Timur.
Pukul
06.50
“Hello everybody. How about your sleep
tonight? Are you ready to visit Castelul Palace?” sapaan ramah dari Lina
kepada kami berdua.
Kami
bertiga menuju stasiun kereta api untuk mencapai Castelul Palace, sebuah istana terindah di Romania. Jarak tempuhnya
adalah sekitar 60 KM. Rel kereta api ini membelah pegunungan Carphatian. Banyak
sekali pohon cemara yang tumbuh. Ini adalah pertama kalinya aku mengunjungi
sebuah istana. Rasa penasaran menyelimutiku sejak membuka mata. Perjalanan ini
aku maknai seperti tadabbur dan tafakur alam. Masya Allah.
Pukul
08.30
“Here we are. Can you see the palace?
There…there...” tanya Lina ke kami berdua dengan menunjuk arah yang
dimaksud.
Setibanya
di taman istana, kami bertiga mengantri untuk mengikuti palace tour. Lihatlah, aku akan masuk ke dalam istana dan akan
merasakan menjadi seorang putri kerajaan selama 2,5 jam. Sebuah istana dengan luas
3200 m2 dan mempunyai lebih dari 170 ruangan. Siapapun yang masuk ke
dalamnya akan terlihat takjub dengan segala kemegahan istana. Aku seperti
sedang berada di negeri dongeng, mungkin seperti Cinderella. Segalanya
berlapiskan emas, ukiran-ukiran mewah, barang-barang kerajaan yang didatangi
langsung dari negara-negara Eropa seperti Jerman, Turki, Perancis, Belanda, dan
lain-lain. Selain itu, terdapat banyak pintu rahasia yang dapat tembus dari
suatu ruangan ke ruangan lain dengan menekan atau menggeser barang tertentu
untuk membukanya. Lengkap sudah aku merasakan tenggelam dalam surga duniawi.
Pukul
11.00. Tur selesai.
“Lina,
Aran, sorry I need a little time to be
alone in that garden sitting on the bench. See you”.
Kini
langkah kakiku semakin cepat menuju kursi di tengah taman istana. Duduk
sendiri, menghindar dari keramaian turis-turis. Ada sebuah rasa yang tanpa izin
masuk ke dalam hatiku saat ini.
“Allah menjanjikan kepada orang-orang mu'min,
lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang
bagus di surga 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah kemenangan
yang agung” (At-Taubah : 72).
Tanpa
sadar kini air mataku jatuh seperti rintik hujan yang malu-malu menyapa bumi
untuk kesekian kalinya. Aku sedang memaknai kehidupan.
“Tidak
akan Yaa Allah. Tidak akan kutukarkan kenikmatan akhirat dengan kemewahan
dunia. I can feel You, Yaa Rabb. You have promised me that two raka’ats in Fajr
are better than the world and everything in it (HR. Muslim no. 725)”.
Engkau telah
mempermudah dan mengizinkan hamba-hamba-Mu yang hina dina ini untuk mendapatkan
sesuatu yang lebih baik daripada sebuah istana seperti di depan mataku yaitu
mendapatkan dunia dan seisinya, tapi mengapa kami kufur nikmat-Mu?
“Allah, one thing I know most is You
are the reason I live for”.
dan
titik akhir perjalanan ini selalu bermuara kepada-Mu.
-fin-
written by
Adila Raihannisa
No comments:
Post a Comment